3 Vendor Ponsel Raksasa 'Dulu Jaya Kini Nelangsa'

1. Nokia
Di era tahun 1990-an hingga awal tahun 2000, nama Nokia tak terbantahkan lagi sebagai vendor raksasa di pasar ponsel. Produk-produk yang dijualnya sebagian besar laku di pasaran.

Tapi selepas tahun 2007 hingga kini, Nokia malah sulit menemukan kembali bentuk kedigdayaanya. Di tahun itu memang, iPhone dan Android mulai merangkak naik.

Terus terpuruk membuat Nokia mengalami kerugian. Pergantian CEO ke Stephen Elop, hingga kini belum juga membuahkan hasil.

Di tengah keterpurukan itu, terdengar selentingan kalau Nokia akan dijual. Buruknya performa bisnis Nokia yang berimbas pada nasib perusahaan tersebut di ujung tanduk.

Santer memang terdengar, Lenovo yang selama ini dikenal sebagai vendor komputer berminat membeli Nokia untuk memperluas pasar mobile phone di dunia.

Lebih buruk lagi, beberapa kantor Nokia terpaksa harus dilego untuk menutup beban pengeluaran yang semakin tinggi.


2. Blackberry

'BlackBerry riwayatmu kini', mungkin slogan yang pas untuk menggambarkan betapa masa-masa tersulit tengah dihadapi oleh perusahaan asal Kanada itu.


Dewan Direksi BlackBerry pun telah membentuk komite khusus untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dari semua alternatif yang ditawarkan, salah satunya adalah memilih untuk menjual perusahaan.

Setidaknya ada 6 calon pembeli potensial yang siap mengambil alih perusahaan yang terkenal sebagai ponsel untuk pebisnis tersebut, di antaranya Facebook, Lenovo, Microsoft, Amazon, Huawei dan Samsung.
Makin menyedihkan karena kabar buruknya BlackBerry akan melepaskan BlackBerry Messenger sebagai perusahaan tersendiri. Layanan instant messaging ini memang menjadi andalan untuk mendongkrak popularitas.


3. Siemens

 Siemens juga menjadi salah satu perusahaan yang terkenal mengeluarkan PDA dan lumayan mempunyai nama di pasar ponsel. Tapi sayang, perusahaan itu pelan-pelan meredup sinarnya.

Dalam sebuah laporan keuangan mencatat bahwa Siemens mengalami kerugian USD 1,84 juta setiap harinya. Bila dikalkukasikan kerugian operasional Siemens mencapai USD 170 juta dan pangsa pasar ponselnya keseluruhan turun menjadi 5,5% dari 8% tahun sebelumnya.

Puncaknya di tahun 2005, Siemens akhirnya menjual divisi ponselnya tersebut kepada BenQ dengan nilai sebesar USD 426 juta.

Proses akuisisi divisi mobile Siemens sudah dilakukan BenQ pada bulan Juni 2005. Sejak 1 Oktober 2005, BenQ Mobile secara resmi jadi pemilik divisi usaha perangkat mobile yang dulunya dikendalikan Siemens.

BenQ juga mengakuisisi semua pusat pengembangan dan pabrik Siemens yang ada di Manaus (Brasil) dan Kamp-Lintfort (Jerman), demikian halnya dengan pabrik di Shanghai (China), yang dioperasikan secara patungan dengan perusahaan mitra di China.

0 komentar:

Posting Komentar